Di zaman sekarang ini, setiap hari kita selalu dihadapkan pada situasi yang menuntut kita harus berebut dengan orang lain.
Dalam perebutan itu, biasanya kita selalu dituntut agar kita menjadi pemenang. Dalam bidang apa pun, selalu ditanamkan dalam diri kita, agar kita selalu menang, meskipun harus mengorbankan orang lain demi kemenangan itu. Akibatnya, banyak orang yang menempuh berbagai macam cara untuk mendapatkan kemenangan itu, meskipun harus berbuat curang dan berlaku tidak adil. Para politikus saling menjegal dan menfitnah lawan politiknya, para pemain olahraga melakukan kecurangan melalui wasit dan permainan kotor untuk mendapatkan kemenangan dan masih banyak lagi bidang-bidang lain yang menjadikan orang rela berbuat nista demi mendapatkan kemenangan tersebut.
Kemenangan telah dijadikan sebagai tujuan utama bukan sebagai sarana untuk menuju kemenangan yang lebih besar. Karena itu, tidak heran jika kita bisa tertawa riang dengan kemenangan kita meskipun musuh kita menderita dan terpuruk akibat kemenangan itu.
Bisakan kemenangan diperoleh tanpa harus melukai dan menjadikan orang lain sengsara? Bisakan kemenangan kita justru menjadikan orang lain bahagia dan lebih baik?
Islam mengajarkan bahwa setiap mukmin haruslah menjadi orang-orang yang menang. Kemenangan dalam Al-Qur’an digambarkan dalam berbagai macam bentuk ungkapan. Ada kalanya disebutkan dengan kata “faaizun” dan kadang diungkapkan dengan kata “muflihun” yang artinya menang atau beruntung. Ajaran Islam untuk menjadi orang-orang yang menang, tidak harus mengalahkan orang lain. Setiap orang bisa mendapatkan kemenangan itu jika mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangannya. Misalnya di sebutkan dalam surat Al-A’la: “Telah beruntunglah orang-orang yang membersihkan hartanya, menyebut nama Allah serta lebih mementingkan kehidupan kehidupan akhirat daripada dunia.”
Menurut Islam, kemenangan yang diperoleh seseorang tidak harus mengalahkan orang lain, karena setiap orang berhak mendapatkan kemenangan yang sama jika mereka sama-sama melakukan perbuatan sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangannya. Karena itu, kemenangan itu sangat ditentukan oleh individu masing-masing dalam menggapainya dan tidak tergantung kepada orang lain. Bahkan jika seseorang hendak mendapatkan kemenangan tetapi menjadikan orang lain sengsara, maka segala usahanya dalam mendapatkan kemenangan itu menjadi sia-sia dan tidak bernilai dihadapan-Nya.
Dalam teori modern saya teringat dengan teori Stephen Covey dalam bukunya yang menegaskan tentang “win-win solution”. Sebuah kemenangan tidak harus menjadikan yang lain kalah, tetapi bagaimana kemenangan kita bisa menjadikan orang lain juga mendapatkan kemenangan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka. Karena itu, perlu dilakukan musyawarah, saling memahami antara satu dengan yang lain, sebelum terjadi konflik yang dapat memakan korban, baik yang bersifat moral maupun material. Wallahu a’lam.