Pages

Senin, 30 Agustus 2010

Nilai Ulangan Statistik XI IPS


Lihat di gambar di bawah ini, klik 2x agar kelihatan Besar!
Tugas








Tugas Bagi Yang Tidak Tuntas!
Silahkan di Download di Sini
Di Kumpulkan Paling Lambat hari Sabtu, 4 September 2010
Bisa diketik atau tulis tangan,
Bagi yang di ketik Silahkan Kirim ke Email: suta_2008@yahoo.com

Minggu, 29 Agustus 2010

Nilai Ulangan Statistik XI IPA


Lihat di gambar di bawah ini, klik 2x agar kelihatan Besar!
Tugas
















Tugas Bagi Yang Tidak Tuntas!
Silahkan di Download di Sini
Di Kumpulkan Paling Lambat hari Sabtu, 4 September 2010
Bisa diketik atau tulis tangan,
Bagi yang di ketik Silahkan Kirim ke Email: suta_2008@yahoo.com

Rabu, 25 Agustus 2010

Mathematics and Science: Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN)

Mathematics and Science: Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN)

Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN)

Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN ), dimiliki oleh setiap pengajar di perguruan tinggi di seluruh Indonesia.Bagi pengajar yang belum mengetahui NIDN-nya berapa, bisa mencarinya pada website ini : evaluasi.or.id khususnya halaman pencarian data (http://evaluasi.or.id/profile-nidn.php) dosen berdasarkan nama, NIDN, nama institusi atau lewat kriteria lain.

Misalnya kita ingin mencari NIDN untuk dosen bernama Muhtadi A. Temenggung, caranya buka halaman (http://evaluasi.or.id/profile-nidn.php) selanjutnya isi salah satu bagian kolom pengisian data dosen misal data yang kita miliki nama dosen, maka kita isi kolom nama dosen dengan nama Muhtadi Arsyad Temenggung. Maka muncul data Muhtadi Arsyad Temenggung yang kita cari.

Di website ini anda bisa juga mencari dan menemukan detail sebuah perguruan tinggi lengkap dengan berbagai data-datanya pada bagian pencarian data perguruan tingginya. Oke, selamat mencoba.

Sumber : http://republikbm.blogspot.com/

Rabu, 18 Agustus 2010

Peringatan HUT RI Ke 65 SMA Tunas Luhur Paiton

HUT RI SMA TUNAS LUHUR

Peringatan Hari kemerdekaan Indonesia yang ke 65 yang di laksanakan SMA Tunas luhur paiton tidak hanya diselenggarakan lomba-lomba dan partisipasi yang dilakukan di sekolah saja, tetapi lomba - lomba tingkat kecamatan dan kabupatan, dengan beberapa bukti yang sangat membangkan yaitu Juara II Gerak jalan tingkat Kecamatan dan Pasukan terbaik upacara bendera di lapangan paiton Probolinggo, selain menang dalam lomba tersebut beberapa partisipasi siswa-siswi juga mengikuti sebagai pengibar bendera baik tingkatan kecamatan dan kabupaten, dan sungguh membangkan juga peserta yang dari SMA Tunas luhur sebagai Danton (Komendan Pleton) pengibar bendera sang Merah putih di kebupaten banyuwangi yang dilaksanakan di Lapangan Alun-alun Kraksaan 17 Agustus 2010.

Rabu, 04 Agustus 2010

Menciptakan Lingkungan Pendidikan yang nyaman


Menurut teori empirisisme dikatakan bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Jika lingkungannya baik maka mereka akan menjadi baik dan jika lingkungannya jelek maka mereka akan menjadi jelek. Meskipun tidak semua manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi disepakati oleh semua ahli bahwa lingkungan berpengaruh terhadap perilaku manusia.
Rasulullah saw juga bersabda,

"Setiap Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka tergantung kepada kedua orang tuanya, akan menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits di atas menegaskan bahwa pada dasarnya manusia itu baik, tetapi lingkungan berpengaruh kepada manusia, akan menjadikannya semakin baik atau menjadi buruk. Jika lingkungan manusia baik, maka manusia akan menjadi baik dan jika lingkungannya buruk maka mereka juga akan hidup dalam keadaan buruk.

Keadaan seperti ini juga berlaku bagi lingkungan kerja kita. Alangkah nikmatnya kita bekerja jika lingkungan kerja kita terasa nyaman dan menyenangkan. Lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan, menjadikan kita betah dalam bekerja dan bersemangat dalam menjalankan tugas. Akan tetapi jika lingkungan tempat bekerja kita keruh, penuh dengan permusuhan, saling menjatuhkan, kurang nyaman dan sebagainya, bisa menjadikan semangat kerja kita melemah dan enggan menjalankan tugas.
Menurut saya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman di tempat kerja kita di antaranya adalah:

a. Tumbuhkan rasa saling cinta. Saya sepakat dengan teori yang mengatakan bahwa cinta merupakan sumber segala kebaikan. Karena cinta kita ada dan karena cinta kita tiada. Islam mengajarkan bahwa “seorang muslim adalah orang yang mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” Karena pentingnya cinta ini, Rasulullah menjadikan cinta sesame muslim sebagai syarat seseorang bias disebut mukmin dan muslim.
Begitu juga di lingkungan kerja kita. Setiap anggota organisasi di lingkungan kerja harus menyadari bahwa mereka bersaudara dan harus saling mencintai. Ibarat satu tubuh yang utuh, jika ada satu anggota tubuh yang sakit, maka anggota tubuh yang lainnya ikut merasa sakit. Sebaliknya, jika satu anggota tubuh merasa senang, maka anggota tubuh yang lain juga ikut merasakan kesenangan. Jika rasa cinta ini sudah tumbuh, baik cinta kepada lembaga maupun cinta kepada sesame kolega dan rekan kerja, maka akan tumbuh gairah untuk bekerja secara sungguh-sungguh.

b. Ciptakan kebersamaan. Pada dasarnya, organisasi suatu lembaga pendidikan, tidak mungkin bias berjalan jika semua anggotanya bekerja sendiri-sendiri, karena mereka adalah satu tim yang memiliki satu tujuan, yaitu mencapai visi dan misi lembaga pendidikan tersebut. Ibarat sebuah kendaraan, mereka adalah para onderdil yang menempati posisi-posisi tertentu. Ada yang ditempatkan di daerah yang panas, seperti mesin dan kenalpot yang pekerjaannya berat dan panas. Ada yang Cuma menjadi asesoris supaya terlihat keren, seperti bodi kendaraan. Ada pula yang berada di tempat yang nyaman dan diduduki oleh cewek-cewek cantik, yaitu jok sepeda. Meskipun mereka menempati tempat yang berbeda-beda, tetapi tujuan mereka sama, yaitu menjadikan perjalanan enak dan nyaman sehingga sampai kepada tujuan.

Begitu juga dengan kebersamaan dalam melaksanakan tugas organisasi di lembaga pendidikan. Setiap orang dalam organisasi harus bias bekerjasama dengan yang lain dalam mencapai tujuan organisasi, baiak dia berada di lahan yang kering maupun basah. Memang harus ada di antara mereka yang bertempat di lahan pekerjaan yang gampang dan basah, tetapi ada juga di antara mereka yang berada di lahan yang susah dan kering. Karena itu, pimpinan di lembaga pendidikan harus bias membuat kebijaksanaan agar terjadi keseimbangan di antara mereka, baik dengan meningkatkan kesejahteraan maupun rolling jabatan.

c. Hargailah Jerih Payah bawahan: Setiap orang pasti ingin dihargai hasil kerja dan jerih payahnya. Penghargaan terhadap hasil karya seorang pegawai, dapat meningkatkan kinerjanya. Penghargaan bias dilakukan dengan dua hal, yaitu materiil dan non materiil. Penghagaan secara materiil bias dilakukan dengan cara memberikan “reward” berupa barang atau uang, kepada orang-orang yang berprestasi di lingkungan kerja. Jika penghargaan yang berupa barang atau uang tidak mungkin diberikan, maka penghargaan bias juga diberikan melalui ucapan yang baik atau dukungan moril. Misalnya, pimpinan mengatakan kepada bawahannya dengan kata-kata “bagus, sip, kamu memang hebat, teruskan” dan sebagainya. Sikap positif seperti ini, dengan sendirinya dapat meningkatkan semangat dan kinerja pegawai meskipun mereka tidak diberi penghargaan uang atau barang. Tetapi alangkah baiknya jika kedua jenis penghargaan itu bias diberikan secara bersama-sama.

d. Hindari perselisihan: Salah satu factor yang dapat memperkeruh suasana kerja sehingga menjadi linkungan kerja yang tidak sehat adalah adanya perselisihan di antara rekan kerja. Memang tidak mungkin adanya perbedaan pendapat di antara teman-teman organisasi ditiadakan, karena setiap orang memiliki pendapat masing-masing yang bias jadi berbeda dengan teman-teman yang lain. Tetapi masalahnya adalah bagaimana caranya mengeliminir perbedaan dan menghindari perselisihan. Salah satu caranya adalah pimpinan organisasi harus sering membuat forum-forum musyawarah untuk membicarakan berbagai macam problem yang muncul di lingkungan organisasi.

e. Ciptakan komunikasi yang baik: salah satu factor yang dapat mengantarkan seseorang berhasil dalam bekerja dan berkarir adalah kemampuannya dalam berkomunikasi. Komunikasi yang baik diawali dengan perkataan yang baik, sopan dan tidak menyakiti orang lain. Setiap pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain, harus diucapkan dengan kata-kata yang pas dan enak, sehingga tidak menyinggung perasaan mereka. Sesuatu yang baik, jika disampaikan dengan cara yang tidak baik, maka akibatnya akan tidak baik. Sebaliknya, sesuatu yang sebenarnya menyakitkan, tetapi disampaikan dengan cara yang baik, maka akan berakibat baik. Karena itu, Islam mengajarkan beberapa cara dalam berkomunikasi, yaitu dengan kata-kata seperti: qaulan karima (kata-kata yang baik), qoulan sadida (kata-kata yang benar) dan sebagainya.

f. Tingkatkan rasa saling percaya kepada orang lain: factor lain yang dapat menjamin terciptanya lingkungan kerja yang baik adalah adanya rasa saling percaya kepada sesame teman dalam organisasi. Setelah job diskripsi disampaikan, maka mereka diberi kepercayaan penuh untuk melaksanakan tugas-tugas mereka agar tetap berjalan dengan baik. Meskipun demikian, para pimpinan harus tetap mengontrol perkembangan pekerjaan yang telah dipercayakan kepada bawahan. Tidak adanya saling percaya kepada rekan kerja, bawahan atau pimpinan, dapat melemahkan kinerja seseorang. Sebaliknya, jika seseorang telah dipercaya dan dia bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan, maka dengan sendirinya dia akan meningkat kinerjanya Karen akepercayaan yang telah diamanatkan kepadanya.

g. Hindari sikap egois: sifat egois atau ingin menang sendiri termasuk salah satu penyakit yang sering muncul dalam sebuah organisasi kerja di lingkungan apapun berada. Egoism yang berlebihan bias mengakibatkan adanya benturan dengan sesame teman di dalam organisasi. Sebenarnya, sifat egoism ini tidak seluruhnya buruk, karena dengan egoism seseorang menjadi lebih tegas dan berpendirian. Tetapi jika sifat egoism itu berbenturan dengan kepentingan orang lain, akan berakibat negative, apalagi jika ego kita tersebut kita paksakan kepada orang lain. Karena itu, situasi dan kondisi yang ada, harus tetap menjadi pertimbangan dalam menetapkan suatu keputusan, bukan hanya didasarkan pada egoism jabatan, pimpinan dan sebagainya. Bila masing-masing anggota organisasi dapat menyingkirkan sifat egoisnya, maka lingkungan kerja kita akan menjadi lebih baik dan nyaman, sehingga suasana kerja menjadi enak dan bersemangat.


h. Berbicaralah jika ada masalah: salah satu hal yang menjadikan komunikasi terhambat antar teman dan kolega di lingkungan kerja kita adalah karena mereka menyimpan masalah mereka sendiri-sendiri dan tidak dibicarakan secara baik dan terang-terangan. Jika masalah itu disimpan dan terus menumpuk, maka lama kelamaan akan meledak jika telah sampai pada titik kulminasinya. Untuk menghindari ledakan yang besar, maka harus dilakukan komunikasi yang jelas antar sesame anggota organisasi, sehingga setiap permasalahan yang muncul bias tertangani dengan segera sejak pertama kali muncul.

Itulah beberapa hal yang menurut saya perlu dilakukan dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan baik di lembaga pendidikan yang sedang kita kelola. Semoga beberapa pokok pikiran yang saya sampaikan tentang upaya penciptaan lingkungan kerja kita nyaman di atas dapat memberikan sedikit masukan bagi para pembaca, sehingga bias kita terapkan di lingkungan kerja kita masing-masing agar kita pun bias bekerja dengan baik, tenang dan bersemangat. Wallahu a’lam bishawab.

Selasa, 03 Agustus 2010

Tips Sederhana Penulisan Artikel Nonfiksi

Bagi saya pribadi, menulis artikel nonfiksi justru lebih mudah ketimbang fiksi (cerpen, novel, dst). Entah kenapa, saya sendiri tidak tahu. Tapi walau begitu, saya ingin menjadi penulis fiksi dan nonfiksi sekaligus, karena keduanya punya keunggulan masing-masing.

Untuk artikel nonfiksi, menurut saya, kiat dasarnya cukup sederhana. Kita hanya membutuhkan "bahan dasar" sebagai berikut:
1. Ide
2. Berpikir sistematis
3. Data (ini cukup relatif, karena ada juga artikel yang bisa ditulis tanpa harus mencari data)
4. Fokus pada masalah. Jangan suka melebarkan topik ke mana-mana.
5. Satu alinea = satu ide.
Jika kelima poin ini sudah kita miliki, maka Insya Allah, menulis nonfiksi bisa menjadi pekerjaan yang sangat mudah.

Untuk lebih jelasnya, mari kita pelajari contoh sederhana ini.
1. Ide
Ide itu ada di mana-mana. Kali ini, kita mengambil contoh ide yang sederhana saja, yakni: "saya ingin membaca buku sebanyak-banyaknya, tapi saya tidak punya waktu dan tidak punya uang untuk membeli buku yang banyak."

Nah, ini adalah ide yang cukup bagus dan bisa kita angkat menjadi sebuah tulisan. Di dalam ide ini terdapat sebuah masalah yang dapat kita kembangkan nantinya.

2. Berpikir sistematis
Setelah idenya ketemu, saatnya kita berpikir sistematis. Menurut saya, berpikir sistematis ini penting sekali. Salah satu kegagalan para penulis pemula adalah: mereka belum terbiasa berpikir secara sistematis. Akibatnya, mereka punya ide, tapi bingung harus mulai dari mana, bagaimaan cara mengembangkannya, dan seterusnya. Karena itu, kalau kita ingin jadi seorang penulis nonfiksi yang berhasil, cobalah mulai berlatih berpikir sistematis. Begitu ada ide, kita analisis dia secara runut, poin per poin, langkah demi langkah.

Dari contoh di atas, mari kita coba mengembangkannya berdasarkan pemikiran yang sistematis:
1. Saya berpendapat bahwa membaca itu sangat penting. Karena itu, saya harus membaca buku sebanyak-banyaknya. Tapi saya punya kendala nih.
2. Kendala #01: Saya tak punya waktu yang banyak. Saya kan sibuk, banyak kerjaan, dst...
3. Kendala #02: Uang saya terbatas, sehingga saya tidak bisa membeli buku yang banyak.
4. Alternatif pemecahan masalah:
1. Pinjam di perpustakaan.
2. Pinjam buku ke teman. Perluas pergaulan sehingga makin banyak teman yang bisa meminjamkan buku.
3. Membaca ketika dalam perjalanan.
4. Membaca di sela-sela tugas kantor.
5. Sering-sering browsing di internet.
6. Dan seterusnya.
5. Pembahasan terhadap "alternatif pemecahan masalah":
1. Tentang pinjam di perpustakaan: Wah, tidak bisa! Saya juga tak punya waktu untuk minjam ke perpustakaan. Lagipula, saya seringkali belum membaca bukunya, padahal sudah saatnya dikembalikan lagi.
2. Tentang pinjam ke teman: wah, teman saya sedikit. Saya kan orangnya kuper.
3. Dan seterusnya...
6. Pemecahan masalah secara menyeluruh.
7. Kesimpulan

Nah, dari sistem berpikir sistematis tersebut, kita sudah menemukan KERANGKA KARANGAN. Ya, kerangka karangan ini sangat penting, karena dari sini kita bisa mengembangkan tulisan. Kerangka tulisan ini bisa kita tulis di kertas, atau cukup disimpan di kepala saja. Terserah kita memilih yang mana, tergantung kebiasaan dan kemampuan masing-masing.

3. Data
Alangkah bagusnya jika tulisan ini kita lengkapi dengan data pendukung. Misalnya: berapa koleksi buku yang telah saya miliki, berapa rata-rata harga buku. Dari total penghasilan saya, berapa rupiah yang dapat saya sisihkan untuk membeli buku. Dan seterusnya. Data ini akan membuat tulisan kita lebih "kaya".

4. Fokus. Jangan melebarkan topik
Nah, ini adalah masalah yang seringkali tidak kita sadari ketika menulis. Sebab, kita merasa bahwa apa yang kita tulis masih berhubungan dengan tema utamanya, padahal sebenarnya tidak terlalu berhubungan, dan tidak perlu dibahas.

Misalnya begini:
Ketika menulis tentang ide di atas (kendala saya dalam membaca buku), kita tanpa sadar membahas tentang "gerakan gemar membaca yang dicanangkan pemerintah." Kita uraikan tema ini panjang lebar, ditambah berbagai data penunjang.

Hm, kalau tema ini dibahas sekilas saja, mungkin tidak terlalu masalah, karena justru bisa menjadi penguat argumen kita bahwa membaca itu memang sangat penting. Dan memang, tema "gerakan gemar membaca" ini masih berkaitan erat dengan ide yang sedang kita tulis. Masalahnya adalah, jika kita mulai membahas tema tambahan ini secara panjang lebar, tulisan kita menjadi tidak fokus lagi. Di dalamnya sudah ada dua tema besar yang sama-sama kuat. Dan pembaca nantinya akan bingung, "si penulis ini sebenarnya sedang membahas apa, sih?"

5. Satu ide dalam satu alinea/paragraf
Ini sebenarnya sudah kita ketahui bersama, karena sudah diajarkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia sejak SD. Tapi mungkin kita sudah lupa atau kurang membiasakan diri.

Untuk jadi penulis yang baik, menaati asas "satu ide satu alinea" itu sangat penting, dan sangat membantu kita untuk bisa fokus pada ide utama tulisan, untuk membuat tulisan yang sistematis. Kalau asas ini kita langgar, bisa saja idenya berloncatan dari sana ke mari. Ide A sudah dibahas di alinea 1, eh.. dibahas lagi di alinea 7. Ide B dibahas bersama ide A di alinea 1, lalu ide B muncul lagi di alinea 9. Demikian seterusnya. Kan jadi mumet membacanya!

Untuk membuat tulisan yang menaati rumus "satu alinea = satu ide", sebenarnya sangat mudah, dan juga sudah kita dapatkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia ketika SD dulu. Caranya: Buatlah satu kalimat sebagai kalimat pokok. Lalu buat kalimat-kalimat lainnya sebagai penjelasan atau pengembangan dari kalimat pokok ini.

Contoh:
Membaca buku adalah pekerjaan wajib bagi setiap penulis. Tanpa membaca, tulisan mereka akan kering, tidak kaya karena miskin referensi. Semakin banyak membaca buku, maka semakin banyak bahan atau ide yang didapatkan oleh si penulis.

Kalimat pokok pada alinea di atas adalah "Membaca buku adalah pekerjaan wajib bagi setiap penulis." Selebihnya hanyalah penjelasan atau pengembangannya.


Berikut adalah contoh alinea yang jelek karena di dalamnya terdapat lebih dari satu ide.

Membaca buku adalah pekerjaan wajib bagi setiap penulis. Selain itu, penulis juga harus pintar-pintar mencari inspirasi. Inspirasi itu datangnya bisa dari mana saja. Dengan membaca, penulis akan mendapat inspirasi yang banyak. Kalau inspirasi Anda sedang macet, cobalah berdiskusi dengan teman-teman Anda.

Coba Anda perhatikan. Alinea ini sangat tidak fokus pada satu ide, dan terkesan seperti ringkasan deri sebuah tulisan yang panjang. Hindarilah teknik penulisan yang seperti itu.

* * *
Nah, menurut saya, inilah tips utama dalam menulis karya nonfiksi. Selanjutnya, yang dibutuhkan hanyalah latihan dan penambahan jam terbang.

Ok deh, semoga bermanfaat dan maaf bila tidak berkenan.

MENUMBUHKAN MINAT SISWA TERHADAP MATEMATIKA

Sejak peradaban manusia bermula, matematika memainkan peranan yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagi bentuk simbol, rumus, teorema, dalil, ketetapan, serta konsep digunakan untuk membantu perhitungan, pengukuran, penilaian, peramalan, dan lainnya. Maka, tidak heran jika peradaban manusia berubah dengan pesat karena ditunjang dengan partisipasi matematika yang selalu mengikuti perubahan dan perkembangan zaman.

Matematika merupakan subyek yang sangat penting dalam sistem pendidikan di seluruh dunia. Akibatnya, bagi negara yang mengabaikan pendidikan matematika sebagai prioritas utama, akan tertinggal dari kemajuan segala bidang (terutama sains dan teknologi), dibanding dengan negara lainnya yang memberikan tempat bagi matematika sebagai subyak yang sangat penting. Di Indonesia, sejak bangku SD sampai perguruan tinggi, bahkan mungkin sejak play group atau sebelumnya (baby school), syarat penguasaan terhadap matematika jelas tidak bisa dikesampingkan.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Atas dasar hal tersebut, maka pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar (SD) hingga dewasa untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Oleh karenanya, mulai saat ini harus segera kita galakkan upaya bagaimana untuk memasyarakatkan matematika. Dalam arti bagaimana masyarakat itu mengetahui matematika secara utuh, sehingga tidak ada kepincangan informasi di masyarakat. Akar permasalahan yang menimbulkan matematika tidak memasyarakat, salah satunya disebabkan informasi yang diterima masyarakat bersifat parsial. Kepincangan informasi tersebut yang mengakibatkan persepsi masyarakat terhadap matematika menimbulkan kesan negatif. Dengan demikian cara yang paling efektif menurut hemat penulis dalam rangka memasyarakatkan konsep matematika secara utuh adalah melalui siswa yang sedang belajar matematika di bangku sekolah. Lalu, pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana seharusnya proses pendidikan atau pembelajaran matematika di sekolah itu diselenggarakan. Mungkinkah menghadirkan pendidikan matematika yang lebih manusiawi sehingga matematika tidak lagi dipandang sebagai momok yang menyeramkan?

Menyelenggarakan proses pembelajaran matematika di sekolah yang lebih baik dan bermutu adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Sudah bukan zamannya lagi matematika menjadi momok yang menakutkan bagi siswa di sekolah. Jika selama ini, matematika dianggap sebagai ilmu yang abstrak dan kering, melulu teoretis dan hanya berisi rumus-rumus, soal-soal, maka sudah saatnya bagi siswa untuk menjadi lebih akrab dan familier dengan matematika. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat menghadirkan pembelajaran matematika yang humanis.

Dalam menghadapi kompleksitas permasalahan pendidikan matematika di sekolah, pertama kali yang harus dilaksanakan adalah bagaimana menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika. Sebab tanpa adanya minat, siswa akan sulit untuk mau belajar, dan kemudian menguasai matematika secara sempurna. Menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika akan sangat terkait dengan berbagai aspek yang melingkupi proses pembelajaran matematika di sekolah. Aspek-aspek itu menyangkut pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika, metode pengajaran, maupun aspek-aspek lain yang mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran matematika, misalnya sikap orang tua (atau masyarakat pada umumnya) terhadap matematika.

Untuk menumbuhkan minat siswa terhadap matematika, pembelajaran matematika di sekolah dalam penyajiannya harus diupayakan dengan cara yang lebih menarik bagi siswa. Matematika sebenarnya memiliki banyak sisi yang menarik. Namun, seringkali hal tersebut tidak dihadirkan dalam proses pembelajaran matematika. Akibatnya siswa mengenal matematika tidak secara utuh. Matematika hanya dikenal oleh siswa sebagai kumpulan rumus, angka, dan simbol belaka.

Pembelajaran matematika di sekolah tidak dapat dilepaskan dari pendekatan yang digunakan oleh guru. Dan pendekatan tersebut biasanya dipengaruhi oleh pemahaman guru tentang sifat matematika, bukan oleh apa yang diyakini paling baik untuk proses pembelajaran matematika di kelas. Guru yang memandang matematika sebagai produk yang sudah jadi akan mengarahkan proses pembelajaran siswa untuk menerima pengetahuan yang sudah jadi. Guru akan cenderung mengisi pikiran siswa dengan sesuatu yang sudah jadi. Sementara, guru yang memandang bahwa matematika merupakan suatu proses akan lebih menekankan aspek proses daripada aspek produk dalam pembelajaran matematika. (Marpaung, 1998).

Akhirnya, yang menjadi permasalahan psikologis adalah bahwa pendidikan matematika di negeri ini sudah terlanjur dan banyak “luka psikologis” yang diderita siswa berkaitan dengan pendidikan matematika. Untuk dapat menyembuhkan luka psikologis tersebut maka peran seorang guru sangat besar dalam hal ini, sehingga minat siswa terhadap matematika tumbuh subur kembali. Pendidikan matematika di sekolah hanya akan berlangsung dengan baik dan sampai pada tujuannya jika ada sinergi dari banyak pihak, seperti siswa, guru, orang tua, dan pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. Antara saatu komponen dan komponen lain yang terlibat dalam pendidikan matematika diharapkan dapat saling menginspirasi agar pembelajaran matematika di sekolah menjadi lebih menyenangkan, lebih mengasyikkan, lebih dinamis, dan humanis.

Dengan berbagai usaha yang dilakukan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah ini, maka diharapkan matematika tidak lagi dipandang secara parsial oleh siswa, guru, masyarakat, atau pihak lain. Melainkan mereka dapat memandang matematika secara “jujur” (baca: utuh) yang pada akhirnya dapat memacu dan berpartisipasi untuk membangun peradaban dunia demi kemajuan sains dan teknologi yang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia

Menjadi Guru Matematika yang Disenangi Siswa



Terkait dengan rasa apriori yang berlebihan terhadap matematika ditemukan beberapa penyebabnya, di antaranya adalah yang mencakup penekanan berlebihan pada penghafalan, penekanan pada kecepatan berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi dalam proses belajar-mengajar, dan penekanan berlebihan pada prestasi individu. Untuk mengatasi hal ini, peran guru sangat penting, sehingga pengajaran matematika pun harus dirubah. Jika sebelumnya, pengajaran matematika terfokus pada hitungan aritmetika saja, maka saat ini, guru harus meningkatkan kemampuan siswa dalam bernalar dengan menggunakan logika matematis.

Bermatematika di zaman “dewasa” ini harus aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan hidup modern. Matematika bukan lagi sekadar aritmetika tetapi beragam jenis topik dan tentunya materi yang dapat dijadikan untuk menyelesaikan pelbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pembelajaran matematika juga harus dapat mendukung pengembangan di bidang sains dan teknologi

Mengajar matematika bukan sekadar mengenal angka dan menghafalnya namun bagaimana anak memahami makna matematika. Guru harus memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi. Yang terpenting dalam menumbuhkan cinta anak pada matematika adalah terbiasanya anak menemukan konsep matematika melalui permainan dalam suasana santai di rumah dalam rangka mempersiapkan masa depan anak.

Tetapi, yang penting untuk diketahui dan dijadikan pegangan adalah bahwa matematika itu merupakan ilmu dasar dari pengembangan sains (basic of science) dan sangat berguna dalam kehidupan. Dalam perdagangan kecil-kecilan saja, orang dituntut untuk mengerti aritmetika minimal penjumlahan dan pengurangan. Bagi pegawai/karyawan perusahaan harus mengerti waktu/jam, Bendaharawan suatu perusahaan harus memahami seluk beluk keuangan. Ahli agama, politikus, ekonom, wartawan, petani, ibu rumah tangga, dan semua manusia “sebenarnya” dituntut menyenangi matematika yang kemudian berupaya untuk belajar dan memahaminya, mengingat begitu pentingnya dan banyaknya peran matematika dalam kehidupan manusia.

Fakta menunjukkan, tidak sedikit siswa sekolah yang masih menganggap matematika adalah pelajaran yang bikin “stress”, membuat pikiran bingung, menghabiskan waktu dan cenderung hanya mengotak-atik rumus yang tidak berguna dalam kehidupan. Akibatnya, matematika dipandang sebagai ilmu yang tidak perlu dipelajari dan dapat diabaikan. Hampir belum pernah dijumpai proses pembelajaran matematika yang dikaitkan langsung dengan kehidupan nyata. Menyikapi hal ini, menurut hemat penulis dalam rangka menyelamatkan “nyawa” matematika, maka satu hal yang segera dilakukan adalah bagaimana membuat siswa senang untuk belajar matematika?

Peran Guru dalam Pembelajaran Matematika

Secara umum, tugas guru matematika di antaranya adalah: Pertama, bagaimana materi pelajaran itu diberikan kepada siswa sesuai dengan standar kurikulum. Kedua, bagaimana proses pembelajaran berlangsung dengan melibatkan peran siswa secara penuh dan aktif. Merupakan tantangan bagi guru untuk senantiasa berpikir dan bertindak kreatif di tengah kegelisahan dan keterpurukan nasib guru. Namun, penulis yakin masih banyak pendidik yang menanggapi ke”lesu”an hidup tersebut dengan sikap optimistik dan penuh tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban sebagai guru.

Masalah pada tahap pertama, yakni menyampaikan materi sesuai dengan tuntutan standar kurikulum. Pembelajaran matematika, yang dirumuskan oleh National Council of Teachers of Matematics atau NCTM (2000) menggariskan, bahwa siswa harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Untuk mewujudkan hal itu, Yaniawati (2006) merumuskan ada lima tujuan umum pembelajaran matematika, yaitu: 1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication); 2) belajar untuk bernalar (mathematical reasoning); 3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); 4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections); dan 5) pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics). Semua itu lazim disebut mathematical power (daya matematika).

Sedangkan masalah pada tahap kedua, menetapkan model pembelajaran yang efektif. Pada dasarnya atmosfer pembelajaran merupakan hasil sinergi dari tiga komponen pembelajaran utama, yakni siswa, kompetensi guru, dan fasilitas pembelajaran. Ketiga komponen tersebut pada akhirnya bermuara pada area proses dan model pembelajaran.

Berorientasi pada Siswa

Agar tujuan pembelajaran Matematika dapat tercapai maksimal, maka harus diupayakan agar semua siswa lebih mengerti dan memahami materi yang diajarkan daripada harus mengejar target kurikulum tanpa dibarengi pemahaman materi. Dalam prakteknya, pembelajaran berorientasi pada siswa ini dapat dilaksanakan dengan cara pendampingan siswa satu persatu atau per kelompok. Penjelasan materi dan contoh pengerjaan soal diberikan secara klasikal di depan kelas. Kemudian ketika siswa mengerjakan latihan soal guru (beserta asistennya) keliling untuk memperhatikan siswa secara personal. Tugas guru adalah membantu siswa agar dapat menyelesaikan tugasnya sampai benar.

Hal yang paling esensial ketika mendampingi adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa bahwa saya (baca: siswa) bisa dan mampu mengerjakan soal. I can do it. Guru harus berusaha menghilangkan persepsi dalam diri siswa bahwa matematika itu sulit dan mengusahakan agar siswa memiliki pengalaman bahwa belajar matematika itu mudah dan menyenangkan. Kiranya model pembelajaran ini dapat berjalan efektif jika kapasitas setiap ruang berkisar 15–20 siswa. Tetapi jika lebih, maka pembelajaran model yang demikian tetap dapat berlangsung namun harus dibantu oleh beberapa guru atau asisten.

Belajar Matematika yang Menyenangkan

Usaha selanjutnya adalah mengusahakan bagaimana agar suasana ruang kelas yang digunakan untuk belajar siswa adalah kondusif. Dengan kata lain tata letak perabot kelas tidak harus diatur secara “formal“. Sering kita jumpai, ada siswa yang malas belajar ketika harus duduk tenang dan serius. Mereka lebih senang dan nyaman ketika belajar sambil tidur-tiduran di atas karpet. Menyikapi hal ini guru sebaiknya memberi kebebasan kepada siswa untuk belajar atau mengerjakan soal latihan di atas bangku atau di lantai.

Ada juga siswa yang dalam belajarnya harus mendengarkan musik. Memang, musik tidak berkaitan langsung dengan matematika. Musik bukan merupakan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Namun musik memainkan peran dalam membantu untuk menciptakan kenyamanan belajar di kelas. Musik hanya merupakan pengiring ketika para siswa mengerjakan soal. Sehingga musik dapat membuat siswa lebih nyaman ketika belajar matematika. Namun, dalam hal ini etika dan menghargai teman lain juga perlu diperhatikan.

Selain tersebut, dijumpai juga siswa yang senang “ngemil” atau makan-makanan yang ringan seperti permen, kerupuk atau lainnya. Menyikapi siswa yang demikian tentunya guru juga tidak dapat melarang serta merta kepada siswa untuk makan di dalam kelas. Pada intinya, apapun yang dapat menjadikan siswa nyaman dan senang untuk belajar matematika sebaiknya oleh sang guru tidak dilarang secara keras. Berikan kebebasan bergerak dan befikir kepada siswa yang tentunya juga tetap dalam batas-batas kewajaran.

Menyelenggarakan pembelajaran matematika secara efektif dan dapat membuat siswa bergairah untuk mengikutinya merupakan hal yang sudah tidak dapat ditawar lagi untuk menuju bangsa yang berkemampuan unggul dalam Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan mempraktekkan strategi pembelajaran di atas diharapkan “nyawa” matematika dapat terselamatkan. Dengan kata lain, siswa tidak lagi terjangkit penyakit fobia matematika sehingga siswa menjadi senang untuk belajar matematika.

Senin, 02 Agustus 2010

Mengurangi Depresi Dengan Tidur

Remaja yang tidur lewat tengah malam lebih mudah terkena depresi, dibanding yang tidur lebih awal

Penelitian terbaru yang dilakukan di New York menunjukkan bahwa tidur lebih awal akan melindungi para remaja dari depresi dan pemikiran ingin bunuh diri.

Dari 15.500 remaja berusia 12 sampai 18 tahun yang dijadikan bahan studi, mereka yang tidur sebelum tengah malam, memiliki 24 % kecenderungan untuk mengalami depresi dibandingkan mereka yang tidur sebelum jam 22.00.

Dan mereka yang tidur kurang dari lima jam dalam semalam memiliki 71 persen kemungkinan depresi, dibandingkan mereka yang tidur selama delapan jam, demikian laporan Jurnal Tidur (Sleep).

Di Inggris diperkirakan sekitar 80 ribu anak-anak dan remaja mengalami depresi.


Para peneliti dari Pusat Medis Universitas Kolumbia di New York mengumpulkan daya dari 15.500 remaja di tahun 1990-an.

Resiko depresi

Di antara mereka yang memiliki resiko depresi tinggi, mereka yang diperintahkan tidur oleh orang tua mereka atau yang tidur setelah tengah malam, 20% lebih tinggi kemungkinan memikirkan tindakan bunuh diri dibandingkan mereka yang tidur sebelum jam 2200.

Mereka yang tidur kurang dari lima jam memiliki 48% lebih tinggi untuk bunuh diri dibandingkan mereka yang tidur selama delapan jam.

Para remaja yang melaporkan mereka “cukup tidur” 65% lebih kecil kemungkinan mengalami depresi.

Depresi dan pemikiran ingin bunuh diri lebih banyak terjadi pada anak-anak perempuan, remaja yang tua, atau mereka yang memiliki persepsi diri yang rendah.

Kebanyakan orang tua dalam studi itu menetapkan batas waktu tidur sekitar jam 22.00 atau lebih awal.

Secara rata-rata, para remaja ini tidur tujuh jam 53 menit setiap malam –kurang dari sembilan jam dari rekomendasi untuk anak-anak seumur mereka.

Minggu, 01 Agustus 2010

MENGUJI KEBENARAN

MERASA PALING BENAR SENDIRI..? TIDAK ADA KEBENARAN YANG HAKIKI ?
Penjelasan bagi Mereka Yang Belum Bisa Membedakan Antara Masalah Khilafiyyah dengan Ijtihadiyyah

Ketika sebagian pelaku maksiat diingatkan untuk menjauhi maksiatnya, kemudian orang yang mengingatkan tersebut ia katakan, “janganlah dirimu merasa paling suci sendiri”, apalah bedanya hal ini dengan orang yang diingatkan untuk menjauhi kesyirikan dan kebid’ahan yang hal itu dianggapnya suatu ibadah, kemudian orang yang mengingatkan tersebut ia katakan, “janganlah dirimu merasa benar sendiri”…

Semua mereka pukul rata, apakah perkara aqidah apakah perkara khilaf, mereka menggunakan satu kaedah mutlak. Tidak ada kebenaran yang hakiki, semua orang bisa berada pada suatu kebenaran, maka tidak boleh ada yang saling klaim berada diatas kebenaran, karena ‘bisa jadi’ dia berada diatas kesesatan.

kelompok yang paling ekstrim dalam masalah ini adalah ahli kalam, yakni orang-orang berpehamahan filsafat yang sesat, yang dianut J.I.L (jaringan iblis laknatullåh), yang membenarkan semua agama, menyatukan semua agama.. na’udzubillahi min dzaalik. dan ada kelompok yang tidak seekstrim kelompok pertama, tapi juga memiliki ’sedikit kesamaan’ dengan kelompok ini, namun tidak separah dengan kelompok pertama. kelompok ini bedanya, tetap berpegang teguh kepada al-islam sebagai agama yang haq, NAMUN, kelompok ini menyamaratakan segala permasalahan dalam islam itu sendiri.

KEBENARAN DI SISI ALLAH HANYA SATU
[Al-Ustadz Muhammad Umar As-Sewed]

Kita memaklumi terjadinya perbedaan dan perselisihan di kalangan shahabat رضي الله عنهم dan para ulama karena mereka seluruhnya adalah orang-orang yg berupaya untuk mencocoki kebenaran. Oleh karena itu ijtihad dan kesungguhan mereka untuk mencari yang paling benar mendapatkan pahala di sisi Allah.

Namun berbicara tentang kebenaran tetap hanya satu sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم:

Jika seorang hakim berijtihad dan tepat, maka dia mendapatkan dua pahala. Dan jika seorang hakim berijtihad dan tidak tepat, maka dia mendapatkan satu pahala.

Hadits di atas menunjukkan kalau ijtihad mereka tetap mendapatkan pahala, namun tetap ada yang benar dan ada yang salah, ada yang tepat dan ada pula yang menyimpang/keliru. Sehingga kita diperintahkan untuk mengambil mana yang lebih rajih dan mana yang lebih dekat pada kebenaran.

Allah سبحانه وتعالى berfirman:
Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah Rabb kalian yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kalian dipalingkan (dari kebenaran)? (Yunus: 32)

Qurthubi رحمه الله berkata:
“Ayat ini memutuskan bahwa tidak ada selain haq dan batil kedudukan yang ketiga dalam masalah ini yaitu masalah tauhid dan demikian pula dalam masalah-masalah lain yang semisalnya seperti masalah-masalah prinsip yang lain maka tidak ada kebenaran kecuali hanya satu”. (al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an, 8/336)

Para salafus shalih juga tidak berdalil dengan keumuman ayat di atas untuk semua masalah agama bahwa selain kebenaran adalah kebatilan. Dengan kata lain kebenaran hanya satu. (Zajrul Mutahawin, Hamd bin Ibrahim, hal. 36)

Karena itulah Imam Malik رحمه الله berkata tentang perbedaan para shahabat: “Tidak, demi Allah. Tidaklah kebenaran kecuali hanya satu. Apakah dua pendapat yang berbeda keduanya dapat dikatakan benar? Tidaklah kebenaran kecuali hanya satu. (Shifat Shalat Nabi, Syaikh al-Albani, hal. 61).

Lagi pula Allah سبحانه وتعالى memerintahkan agar kita jangan menyelisihi kebenaran dan melarang kita untuk berselisih setelah datang kebenaran yang jelas. Ini pun menunjukkan bahwa kebenaran di sisi Allah hanya satu.

Allah سبحانه وتعالى berfirman:
Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (Ali Imran: 105)

Allah juga memerintahkan kita untuk bersatu dengan memegang tali Allah dan melarang untuk berpecah-belah. Ini pun menunjukkan bahwa kebenaran di sisi Allah hanya satu.

Allah سبحانه وتعالى berfirman:
Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk. Ali Imran: 103)

Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:
“Ayat-ayat yang melarang perselisihan dan berpecah-belah dalam agama mengandung cercaan kepadanya merupakan bukti yang jelas bahwa kebenaran di sisi Allah hanya satu. Sedangkan selainnya adalah kesalahan. Kalau saja semua pendapat itu benar, niscaya Allahd an rasul-Nya tidak melarang perselisihan dan mencecanya”. (Mukhtashar Shawaiqil Mursalah, Ibnul Qayyim, 2/566).

Persiapan Menghadapi Bulan Romadhan

Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh berkah dari semua sisi kebaikan. Oleh karena itu, umat Islam harus mengambil keberkahan Ramadhan dari semua aktifitas positif dan dapat memajukan Islam dan umat Islam. Termasuk dari sisi ekonomi, sosial, budaya dan pemberdayaan umat. Namun demikian semua aktifitas yang positif itu tidak sampai mengganggu kekhusu’an ibadah ramadhan terutama di 10 terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut di muka, beliau juga aktif melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Rasulullah saw. menikahkan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, menikahi Hafsah dan Zainab.

Persiapan Mental
Persiapan mental untuk puasa dan ibadah terkait lainnya sangat penting. Apalagi pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari raya, pulang kampung dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusu’an ibadah Ramadhan. Dan kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.

Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).

Persiapan fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.

Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).

Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.

Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah)
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa. Allah SWT berfirman : « Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri » (QS AR- Ra’du 11). Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).

Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami. Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.

Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung. Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).

Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS Hud 52)

Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Da’wah
Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan.

Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya. Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.