Pages

Selasa, 25 Januari 2011

Pendidikan berbudaya dan berkarakter

ingginya angka kenakalan dan kurangnya sikap sopan santun anak didik, dipandang sebagai akibat dari buruknya sistem pendidikan saat ini. Hal itu ditambah lagi dengan masih minimnya perhatian guru terhadap pendidikan dan perkembangan karakter anak didik. Selain itu, perkembangan teknologi internet yang massif, bisa berdampak buruk jika tak ada upaya efektif untuk menangkalnya.

“Untuk itu, saya memandang pendidikan yang berkarakter dan berbudaya harus segera diterapkan dalam kurikulum pendidikan nasional. Selain guru, orang tua juga punya kewajiban menerapkan pendidikan tersebut. Bahkan, orang tua merupakan kunci melindungi anak dari dampak buruk perkembangan teknologi,” kata Dekan Fakultas Bahasa Unissula, Prof Dr Retmono, dalam seminar ‘’Mencetak Pendidikan yang Berkarakter dan Berbudaya’’ di Aula Fakultas Hukum Unissula, baru-baru ini.

Padahal, ujar dia, bangsa Indonesia dulu sangat memegang teguh sopan santun. “Ironis jika saat ini bangsa Indonesia tak berpijak pada nilai-nilai budaya dalam bertindak atau bahkan tak memiliki karakter yang kuat. Untuk itu, pembinaan pada generasi muda menjadi hal yang urgen dilakukan saat ini,” tutur pakar pendidikan itu.
Psikolog dari Fakultas Psikologi Undip, Frieda NRH menuturkan, kelebihan dan kekuatan seseorang jika tak disertai karakter yang baik, akan menjadi kekurangan dan kelemahan yang berdampak dua kali lebih besar daripada kelebihan dan kekuatan orang itu.